THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 28 November 2010

SISI, Teknologi Komunikasi Penderita Bisu Tuli

Salah satu divisi penggunaan software IBM menciptakan sebuah teknologi yang akan membantu penderita bisu tuli berkirim dan terima pesan suara lewat handphone. Sebentar lagi penderita bisu tuli akan bisa menikmati komunikasi lewat handphone dimana selama ini sangat sulit dilakukan bagi penderita bisu dan tuli untuk berkomunikasi.
Extreme Bluetooth mengenalkan sebuah software bernama SISI (Say It, Sign It). Software ini memiliki tampilan avatar (animasi virtual) cewek yang bernama Sisi juga dimana bisa melakukan bahasa isyarat buat orang bisu tuli. Sistem kerjanya cukup sederhana, tinggal memasukkan pesan suara ke handphone dan Sisi akan mengubah pesan itu menjadi vido klip si avatar cewek tadi.
Dengan demikian pihak penerima bisa mengerti pesan yang disampaikan dengan jelas, asal dia sudah ta hu bahasa isyarat. Saat ini Sisi masih terbatas untuk kirim pesan suara, belum bisa digunakan untuk bertelepon langsung.
Software yang menggunakan bahasa program Java ini merupakan langkah awal mereka untuk mengembangkan solusi komunikasi menyeluruh untuk penderita bisu tuli. Jadi, nantinya bukan hanya fitur voice mail saja yang bisa dinikmati penderita tuli tetapi juga fitur-fitur handphone lain seperti kirim dan terima email atau instant messanging (IM).
Karena software SISI ini masih dalam tahap pengembangan, Extreme Blue belum memasarkan SISI secara luas, baru terbatas di beberapa negara Eropa dan Amerika, sambil melihat reaksi pengguna. Selain itu mereka juga masi menjajaki kerjasama dengan vendor handphone untuk menanamkan SISI seorang fitur tambahan di produk handphone-nya.
Kita berharap dengan berdirinya SISI dalam waktu dekat dapat memberikan solusi bagi para penderitabisu tuli dapat menikmati handphone. Menarik lagi jika software tersebut juga dibuat dalam versi bahasa Indonesia.
Selain IBM, II Village, perusahaan asal Itali utara, juga mengembangkan aplikasi satelit GPS yang dirancang khusus untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada kaum tunanetra. Layanan yang diberi nama EasyWalk ini akan berjalan pada ponsel dengan sistem operasi Symbian. Untuk bisa menerjemahkan GPS dan call center operator, digunakan Small Bluetooth GPS receiver.
EasyWalk sedang diuji cobakan pada 30 orang tuna netra dari Italian Blind Union. Dengan bantuan headset bluetooth, alat ini akan membaca atau membunyikan setiap putaran langkah kepada pengguna. Untuk pengguna layanan ini akan bisa mendapatkan support dari call center yang beroperasi selama 24 jam tiap hari tujuh hari seminggu.
Orang yang bertanggung jawab pada pembuatan EasyWalk ini adalah Andrea di Paoli, yang menangani teknologi di II Village. Paoli menjuluki peranti ini dengan nama guardian angel yang memastikan setiap pengguna perantinya ini bisa sampai di tujuan yang mereka inginkan saat mereka bepergian.





http://tunarungu.blogdetik.com/2008/08/15/sisi-teknologi-komunikasi-penderita-bisu-tuli/

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk ABK

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potnesi yang mereka miliki.

Namun, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.

"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas di Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.

"Bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.

Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.

"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.

Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.

Layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kompleks dan tersebar luas, menurut Eko,belum bisa maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani. Puluhan ribu anak TKI di Malaysia dan juga Arab Saudi, sebagai contoh, belum mendapat layanan khusus. Belum lagi anak-anak suku terasing yang memiliki keyakinan budaya tersendiri dalam melayani pendidikan.

source : kompas.com