THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 04 Desember 2010

BERBAGAI PRODUK UNTUK TUNANETRA

Jam tangan Braille
Harga : Rp. 600.000
Jam tangan untuk diraba dengan angka braille




 JAWS For Windows
Harga: -

Software pembaca layar untuk tunanetra bernavigasi di komputer
Nb: Barang import pembelian indent

Talking Watch
Harga: Rp. 80.000
Jam tangan bicara dengan bahasa inggris untuk tunanetra
Barang ready stock
 


Victor Reader Classic
Harga: -
Player untuk memutar digital book (buku bicara DTB)
dengan format MP3 standar daisy
Nb: Barang Import pembelian bersifat indent



BERMINAT?????
Contact Us:
Bp.Agus Sulaiman, S.pd
(Marketing Mngr)Bp.Herman

Jl.Gunung Balong II No.58 Lebak Bulus III
Jakarta-Selatan 12440
Telp. (021)33620637-36565097
E-mail :
koperasimitranetra.or.id
Mobile Phone :08151649223
http://www.koperasiyasmin.blogspot.com
http://www.tokofree.com/yasmin



JAWS (SCREEN READER)


JAWS kependekan dari Job Access With Speech adalah sebuah pembaca layar (screen reader) merupakan sebuah piranti lunak (software) yang berguna untuk membantu penderita tunanetra menggunakan komputer. JAWS diproduksi oleh the Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida, USA.
JAWS sengaja dibuat untuk penderita tunanetra dan orang-orang yang menderita kelemahan dalam penglihatan [[(low vision)]] sehingga mereka mudah menggunakan Microsoft Windows secara personal. Dengan alat ini tentunya penderita tunanetra dan penderita lemah daya penglihatan (low vision) mudah mengakses komputer dan bahkan bisa melepaskan ketergantungan pada orang lain dalam menggunakannya. JAWS dirancang sebaik mungkin dengan mempertimbangkan banyak aspek, maka dari itu penting sekali bagi JAWS merancang alat-alat yang memudahkan bagi penderita tunanetra dan low vision.


JAWS dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk melafalkan teks (text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga yang dengan menerapkan teknologi braille display. Selain itu keyboard yang digunakan juga lebih komperhensif dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor. JAWS juga dapat dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting Language, yang dapat digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi yang bisa dipresentasikan dengan banyak aplikasi.
Cara kerja
Cara kerja JAWS adalah dengan membaca semua tulisan yang muncul pada layar, JAWS membaca teks dengan logat Inggris, maka dari itu tidak mengherankan jika tulisan dalam bahasa Indonesia pun menjadi berlogat robot Inggris. Baru belakangan ini ada upaya mengindonesiakan panduan dan pembacaan teksnya. Peneliti dari ITB, memodifikasi JAWS versi 7.10. Pada prototipe ini teks yang dipindai kemudian dikonversikan oleh openbook, kemudian komputer akan membacanya kata per kata secara otomatis. Sebelumnya pun telah dimasukkan ke dalam komputer perbendaharaan kata dari kamus hingga 10 miliar kata. JAWS mampu membaca teks namun JAWS tidak bisa membaca grafik yang menyulitkan, gambar tanpa caption dan program berbasis flash.
Sejarah
JAWS pertama kali dirilis pada tahun 1989 oleh Ted Henter. Ted Henter merilis alat ini untuk memudahkan dirinya yang kehilangan penglihatan pada tahun 1978 saat kecelakaan kendaraan bermotor. Di tahun 1985 Ted Henter mendapatkan investasi dari Bill Joyce senilai $180,000, Bill Joyce adalah seorang pendiri Henter – Joyce Corporation di St. Petersburg, Florida. Kemudian di tahun 1990 Joyce menjual balik perusahaannya ke Ted Henter. Di tahun 2000, Ted Henter, Joyce, Blazie Engineering, dan Arkenstone bersepakat menggabungkan perusahaan mereka yang dinamakan Freedom Scientifict.
JAWS yang asli dibuat untuk MS-DOS operating system. JAWS adalah berbagai layar yang memberikan penderita tunanetra kemudahan untuk menggunakan program dalam MS-DOS berbasis teks. Keunikan [[feature]] JAWS adalah menggunakan menu cascading yang populer dalam program Lotus 1-2-3. Lalu apa bedanya screen readers saat masih dalam era macros? Perbedaanya adalah kemampuan screen reader bertambah menjadi kemampuan user interface dan kemampuan bekerja lebih baik dari aplikasi lainnya.
Ted Henter dan Rex Skipper mengkoding kode asli JAWS di pertengahan tahun 1980, kemudian di tahun 1990 Ted Henter dan Rex Skipper kembali merilis JAWS versi 2.0. Setelah menyelesaikan JAWS versi 2.0 Rex meninggalkan perusahaan Freedom Scientifict, lantas perusahan tidak tinggal diam. Perusahaan Freedom Scientifict kemudian mengajak Charles Oppermann untuk menambahkan dan memperbaiki produk. Rekan kerja Ted Henter selanjutnya adalah Oppermann, Oppermann dan Ted selanjutnya menambahkan secara reguler mulai dari fitur minor sampai mayor. Dan kemudian secara bertahap merilis JAWS versi yang lebih baru untuk MS-DOS yang kemudian ditawarkan perusahaan Freedom Scientifict secara gratis caranya adalah hanya dengan mengunduhya.
Di tahun 1993, Ted Henter dan Joyce merilis kembali JAWS versi terbaru dengan berbagai modifikasi, tentunya meningkatkan performa JAWS. Produk baru ini ditujukan bagi orang yang tidak memiliki kemampuan belajar. Produk ini kemudian dinamakan dengan WordScholar.
Sejalan dengan perjalanan waktu MS-DOS mulai ditinggalkan banyak orang karena muncul tawaran baru, yaitu Microsoft Windows. Pergeseran penggunaan MS-DOS ke Microsoft Windows memaksa JAWS screen reader dapat tetap digunakan. Opppermann memulai lagi bekerja untuk JAWS yang baru tujuannya adalah tidak hanya JAWS yang bisa dioperasikan dengan Microsoft Windows tetapi juga menyediakan fasilitas makro yang kuat. Versi test dan beta JAWS untuk Windows (JFW) ditampilkan dalam konverensi di tahun 1993 dan 1994. Sejak saat itu pengembang bernama Glen Gordon mulai mengkoding kode untuk JFW. Kemudian Oppermann diminta untuk bekerja oleh Microsoft di bulan November 1994 untuk terus mengembangkan JAWS screen reader. Januari 1995 diluncurkan kembali JAWS screen reader versi terbaru, yaitu JAWS screen reader untuk Windows 1.0.
Tabel Perkembangan Screen Reader
Versi
Tanggal Rilis
Signifikasi Perubahan
JFW 1.0
Januari 1995
Versi pertama untuk windows, didukung dengan performa windows 3.1 dan windows for workgroups 3.11
JFW 2.0
1996
Dirilis untuk windows 95
JFW 4.0
14 September 2001
Banyak perubahan untuk user interfaceTutor
Akses bertanya dengan penambahan key help
JFW 4.5
30 Agustus 2002
Tombol navigasi yang cepat untuk mengakses Internet Explorer dengan navigasi HTML ke page yang dituju.
JFW 5.0
09 Oktober 2003
Perbaikan di banyak sisi untuk mendukung akses internet
Lafal dan suara manajer untuk membaca data berbasis teks, mengkontrol, dan elemen dalam halaman web, elements.
JFW 6.0
03 Maret 2005
Memperkenalkan lisensi internet
Memperkenalkan setting pengguna yang terpisah
JFW 7.0
14 Oktober 2005
Merilis thumb drive version
Didukung dengan aplikasi Mozila Firefox
No longer supports windows 95
JFW 7.1
21 Juni 2006
Kemampuan untuk
Switched to a Document Object Model engine for HTML rendering
JFW 8.0
17 November 2006
Kemampuan berselancar dengan RealSpeak Solo SAPI 5 Speech Synthesizers
Kemampuan JAWS digunakan dalam basis Windows 98, Windows ME, dan Windows Vista
JFW 9.0
19 November 2007
Didukung dengan komposisi HTML
Menambah pengaturan baru, yaitu dialogue box
JFW 10.0
03 November 2008
Mengenalkan JAWS Tendem untuk pengguna JAWS mengakses komputer lain yang menggunakan JAWS dengan Remote
Didukung dengan iTunes versi 8 dan iTunes Store
Perkembangan JAWS Screen Reader di Indonesia
Menurut Abimanyu dari Yayasan Mitra Netra penggunaan screen reader di Indonesia diawali pada tahun 1990-an. Screen reader masuk ke Indonesia dan penggunaannya dikawal oleh Yayasan Mitra Netra yang berdiri sejak 14 Mei 1991 atas gagasan beberapa tunanetra yang menyadari kesadaran untuk kemudahan akses bagi sesamanya. Karena kesadaran inilah akhirnya JAWS screen reader masuk ke Indonesia. Pada awal masuknya pemanfaatan JAWS screen reader baru sebatas pada penggunaan untuk Microsoft Office karena saat itu sistem internet belum siap dalam penggunaan JAWS screen reader. Karena harga screen reader yang cukup mahal penyebarannya di Indonesia cukup tersendat, terhitung hingga saat ini yayasan yang menyediakan akses komputer dan internet untuk tunanetra (dengan screen reader) baru dua, yaitu Yayasan Mitra Nusantara dan Yayasan Kartika Destarata. Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus komputer bicara (komputer dengan screen reader) untuk para tunanetra. Peserta kursus didominasi oleh siswa dan mahasiswa tunanetra yang sedang menempuh pendidikan secara inklusif di sekolah umum serta perguruan tinggi. Barulah pada tahun 1999, Yayasan Mitra Netra mulai merentangkan sayapnya dengan program kursus serupa di Yayasan Mitra Netra Perwakilan Bandung. Cara yang digunakan untuk memperluas akses tunanetra di seluruh Indonesia terhadap teknologi komputer dan Internet adalah melalui kerja sama dengan Microsoft Indonesia, pada tahun 2003, Yayasan Mitra Netra mendirikan Community Training and Learning Center (CTLC) di beberapa organisasi ketunanetraan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk tunanetra di Jakarta, Bandung, Medan, dan Makasar. Melalui CTLC yang terdiri dari lima lembaga ini (Yayasan Mitra Netra Jakarta, Kartika Destarata Jakarta, Yayasan Mitra Netra Bandung, YAPTI Makasar dan Yapentra Medan), Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan program pelatihan komputer bicara bagi generasi muda tunanetra.

Penggunaan Screen Reader di Indonesia
Seiring perkembangannya penggunaan screen reader di Indonesia tidak lagi sebatas menjalankan aplikasi berbasis Microsoft Office, tetapi juga digunakan untuk berselancar di dunia maya. Penggunaan screen reader untuk berselancar di dunia maya sudah dilakukan Ramaditya (salah satu blogger tnanetra) sejak tahun 2003. selain itu tunanetra juga mengolah sendiri website pribadi dengan domain http://www.kartunet.com yang merupakan kependekan dari Karya Tunanetra.



http://id.wikipedia.org/wiki/JAWS_%28pembaca_layar%29
http://iwanbudianto.files.wordpress.com

Minggu, 28 November 2010

SISI, Teknologi Komunikasi Penderita Bisu Tuli

Salah satu divisi penggunaan software IBM menciptakan sebuah teknologi yang akan membantu penderita bisu tuli berkirim dan terima pesan suara lewat handphone. Sebentar lagi penderita bisu tuli akan bisa menikmati komunikasi lewat handphone dimana selama ini sangat sulit dilakukan bagi penderita bisu dan tuli untuk berkomunikasi.
Extreme Bluetooth mengenalkan sebuah software bernama SISI (Say It, Sign It). Software ini memiliki tampilan avatar (animasi virtual) cewek yang bernama Sisi juga dimana bisa melakukan bahasa isyarat buat orang bisu tuli. Sistem kerjanya cukup sederhana, tinggal memasukkan pesan suara ke handphone dan Sisi akan mengubah pesan itu menjadi vido klip si avatar cewek tadi.
Dengan demikian pihak penerima bisa mengerti pesan yang disampaikan dengan jelas, asal dia sudah ta hu bahasa isyarat. Saat ini Sisi masih terbatas untuk kirim pesan suara, belum bisa digunakan untuk bertelepon langsung.
Software yang menggunakan bahasa program Java ini merupakan langkah awal mereka untuk mengembangkan solusi komunikasi menyeluruh untuk penderita bisu tuli. Jadi, nantinya bukan hanya fitur voice mail saja yang bisa dinikmati penderita tuli tetapi juga fitur-fitur handphone lain seperti kirim dan terima email atau instant messanging (IM).
Karena software SISI ini masih dalam tahap pengembangan, Extreme Blue belum memasarkan SISI secara luas, baru terbatas di beberapa negara Eropa dan Amerika, sambil melihat reaksi pengguna. Selain itu mereka juga masi menjajaki kerjasama dengan vendor handphone untuk menanamkan SISI seorang fitur tambahan di produk handphone-nya.
Kita berharap dengan berdirinya SISI dalam waktu dekat dapat memberikan solusi bagi para penderitabisu tuli dapat menikmati handphone. Menarik lagi jika software tersebut juga dibuat dalam versi bahasa Indonesia.
Selain IBM, II Village, perusahaan asal Itali utara, juga mengembangkan aplikasi satelit GPS yang dirancang khusus untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada kaum tunanetra. Layanan yang diberi nama EasyWalk ini akan berjalan pada ponsel dengan sistem operasi Symbian. Untuk bisa menerjemahkan GPS dan call center operator, digunakan Small Bluetooth GPS receiver.
EasyWalk sedang diuji cobakan pada 30 orang tuna netra dari Italian Blind Union. Dengan bantuan headset bluetooth, alat ini akan membaca atau membunyikan setiap putaran langkah kepada pengguna. Untuk pengguna layanan ini akan bisa mendapatkan support dari call center yang beroperasi selama 24 jam tiap hari tujuh hari seminggu.
Orang yang bertanggung jawab pada pembuatan EasyWalk ini adalah Andrea di Paoli, yang menangani teknologi di II Village. Paoli menjuluki peranti ini dengan nama guardian angel yang memastikan setiap pengguna perantinya ini bisa sampai di tujuan yang mereka inginkan saat mereka bepergian.





http://tunarungu.blogdetik.com/2008/08/15/sisi-teknologi-komunikasi-penderita-bisu-tuli/

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk ABK

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potnesi yang mereka miliki.

Namun, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.

"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas di Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.

"Bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.

Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.

"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.

Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.

Layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kompleks dan tersebar luas, menurut Eko,belum bisa maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani. Puluhan ribu anak TKI di Malaysia dan juga Arab Saudi, sebagai contoh, belum mendapat layanan khusus. Belum lagi anak-anak suku terasing yang memiliki keyakinan budaya tersendiri dalam melayani pendidikan.

source : kompas.com